Nov 16, 2010

Kisah Cinta Si Musafir Agung!

Bismillahi Ar-Rahman Ar-Rahim. [Sebagai pemula bicara.]

Pada suatu hari Nabi Ibrahim bangun lalu beliau memerintahkan istrinya, Hajar, untuk membawa anaknya bersiap-siap bagi melalui perjalanan panjang. Setelah beberapa hari, bermulalah perjalanan Nabi Ibrahim bersama istrinya Hajar beserta anak mereka, Ismail. Saat itu Ismail masih menyusu pada ibunya.

Nabi Ibrahim berjalan di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman, melewati gurun dan gunung-ganang. Kemuudian beliau memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim menuju ke suatu lembah yang di dalamnya tidak ada tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan tidak ada air. Lembah itu kosong dari tanda-tanda kehidupan manusia. Nabi Ibrahim sampai ke lembah, lalu beliau turun dari atas punggung haiwan tunggangannya. Lalu beliau menurunkan istrinya dan anaknya dan meninggalkan mereka di sana. Mereka hanya dibekali dengan makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk dua hari.

Ketika beliau mula meninggalkan mereka dan berjalan, tiba-tiba isterinya segera menyusul dan berkata kepadanya,

"Wahai Ibrahim, ke mana engkau hendak pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun." Nabi Ibrahim tidak segera menjawab dan beliau tetap berjalan. Hajar pun mengulangi kata-katanya tadi. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Hajar pasrah.

"Apakah Allah SWT memerintahkannya?" Soal Hajar lagi.

"Benar." Jawab Nabi Ibrahim ringkas. Akhirnya, Hajar memahami bahawa Nabi Ibrahim tidak akan bersikap sedemikian kecuali mendapat perintah dari Allah Taála.

"Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan." Ujar Hajar tanda redha dengan ketentuan Ilahi.

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempuyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. ". Doa Nabi Ibrahim kepada PencintaNYA ketika melalui tempat di suatu gunung. (QS. Ibrahim: 37)

Saat itu Baitullah belum dibangunkan. Terdapat hikmah yang tinggi dalam perjalanan yang penuh dengan misteri ini. Ismail ditinggalkan bersama ibunya di tempat ini. Ismaillah yang akan bertanggungjawab bersama ayahnya dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah Allah SWT menuntut untuk didirikannya suatu bangunan di lem­bah itu dan dibangun di dalamnya Baitullah, di mana kita akan menuju kepadanya sebagai satu kiblat.

Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusukan anaknya dan mula merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuatkan manusia mudah merasa haus. Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang amat luar biasa.

”Uwwweeekkk....Uwwweeekkk...”. Ismail mula menangis kehausan dan ibunya meninggalkan-nya untuk mencari air.

Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan mata­hari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau sebarang berita. Namun, semua harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mula berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada seorang pun.

Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapati anaknya masih dalam keadaan menangis dan rasa kehausannya pun makin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah pula dan melihat-lihat. Ia mundar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali. Sebab itu, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa ke Marwah sebanyak tujuh kali adalah sebagai memperingati pengorbanan seorang ibu (Hajar) kepada anaknya (Nabi Ismail).

Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun menghentak-hentak kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi selamat tinggal di Lembah tersebut.Lalu, Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun minum air itu dan memberikan kepada anaknya.Maka, kehidup­an tumbuh-tumbuhan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya, bahwa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.

Kafilah musafir mula tinggal di kawasan itu dan mereka mula mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda kehidupan mula mengembangkan sayapnya di daerah itu. Ismail pun semakin membesar dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya lagi dengan ujian yang berat. Allah SWT menceritakan ujian tersebut dalam firman-NYA.

”Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.” Berkata Nabi Ibrahim.

”Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim.”

”Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Berkata Nabi Ibrahim kepada anaknya Ismail.

"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Jawab Ismail dengan penuh tawadduk serta redha dengan ketentuan Ilahi.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya).

''Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " Firman Allah Ta’ala dalam surah As-Saffat ayat 99-111.

Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menguji hamba-hamba-Nya. Renungkanlah bentuk ujian tersebut. Kita sekarang berada di hadapan seorang nabi yang hatinya merupakan hati yang paling lembut dan paling penyayang di muka bumi. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada makhluk-Nya. Nabi Ibrahim mendapatkan anak saat beliau menginjak usia senja, padahal sebelumnya beliau tidak pernah membayangkan akan memperoleh seorang anak.

Thanks to Mr. Adobe Photoshop with Mr. Adobe Illustrator for the edited.

Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya korban atau aidiladha oleh kaum Muslim di seluruh dunia, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Demikianlah kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah Kaldanin, tempat kelahirannya di Irak, dan melalui Yordania dan tinggal di negeri Kan'an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama beriman kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi kepada kaum yang menentang kebenaran.

Walaubagaimanapun,tatkala Nabi duduk berehat di luar khemahnya sambil memikirkan tentang anaknya Ismail, beliau mengenangkan mimpinya dan juga tentang tebusan dari Allah SWT berupa kurban yang besar,hatinya penuh dengan gelora cinta. Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT. Bergugurlah butiran-butiran air mata suci ke bumi apabila mengenangkan anaknya yang amat dirindui,Ismail.

Jadi,di akhir kisah ini.. ana nak kita sama-sama kembali fikirkan.."apakah yang telah kita korbankan untuk Islam selama kita hidup di bumi Allah yang fana' ini?? adakah ia sehebat Nabi Ibrahim a.s. ? Tepuk dadak tanyalah Iman anda.

SofwatulQhaul, Selamat Hari Raya AidilAdha, Maaf Zahir & Batin. ^^,


Wallahu'alam.